Cagar Alam Gua Ulu Tiangko terletak di desa Tiangko Panjang Kecamatan Sungai Manau, Kabupaten Merangin, Jambi. Cagar alam ini berupa goa dengan luasan yang cukup kecil, yakni hanya 1 Ha. Namun, cagar alam Gua Ulu Tiangko memiliki keunikan ekosistem karena goa yang terdapat didalamnya membentuk jaringan goa bawah tanah yang rumit seperti labirin. Bentuk seperti ini rentan terhadap kerusakan dan apabila terjadi kerusakan di satu tempat maka akan berakibat langsung pada tempat lain.
Secara topografi, Kecamatan Sungai Manau, Desa Tiangko Panjang merupakan wilayah dataran rendah, memiliki bukit dan pegunungan. Desa Tiangko Panjang berada di balik perbukitan. Di duga desa Tiangko Panjang dilalui oleh wilayah perbukitan Bukit Barisan Selatan dan memiliki banyak kawasan karst. Rata-rata tanahnya berupa kapur dan liat tetapi subur sehingga banyak lahan di desa Tiangko Panjang yang telah dijadikan lahan pertanian, perkebunan, dan sebagian bagi pembangunan jalan, dan waduk. Sebagai cagar alam, keberadaan goa Ulu Tiangko merupakan sumber air bagi usaha pertanian, perkebunan, dan waduk. Air yang mengalir dari waduk ialah air yang berasal dari dalam goa yang berada di atasnya, tepatnya di komplek pergoaan yang belum dijadikan cagar alam. Hingga saat ini, komplek pergoaan tersebut belum mendapatkan perhatian dari pihak kehutanan setempat maupun BKSDA. Dengan adanya aktivitas wisata, tidak menutup kemungkinan adanya kerusakan ekosistem baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara topografi, Kecamatan Sungai Manau, Desa Tiangko Panjang merupakan wilayah dataran rendah, memiliki bukit dan pegunungan. Desa Tiangko Panjang berada di balik perbukitan. Di duga desa Tiangko Panjang dilalui oleh wilayah perbukitan Bukit Barisan Selatan dan memiliki banyak kawasan karst. Rata-rata tanahnya berupa kapur dan liat tetapi subur sehingga banyak lahan di desa Tiangko Panjang yang telah dijadikan lahan pertanian, perkebunan, dan sebagian bagi pembangunan jalan, dan waduk. Sebagai cagar alam, keberadaan goa Ulu Tiangko merupakan sumber air bagi usaha pertanian, perkebunan, dan waduk. Air yang mengalir dari waduk ialah air yang berasal dari dalam goa yang berada di atasnya, tepatnya di komplek pergoaan yang belum dijadikan cagar alam. Hingga saat ini, komplek pergoaan tersebut belum mendapatkan perhatian dari pihak kehutanan setempat maupun BKSDA. Dengan adanya aktivitas wisata, tidak menutup kemungkinan adanya kerusakan ekosistem baik secara langsung maupun tidak langsung.